Lazy Dungeon Master Arc 1 Chapter 11 - Sekkinokyou

Latest

Fans Tranlation LN/WN Bahasa Indonesia

Selasa, 01 Agustus 2017

Lazy Dungeon Master Arc 1 Chapter 11




Chapter 11 – Akhir dari Bandit

Seminggu telah berlalu sejak serangan penjelajah, yang berarti dungeon terasa damai.

 

Para penjelajah tak kunjung datang, sehingga gerombolan bandit pun tak terluka.

Gerombolan bandit pergi dan membawa kembali mayat-mayat sebanyak dua kali dalam seminggu ini. Keempat mayat yang dibawa itu memberikan sejumlah 600 DP. Kemungkinan besar terlalu sulit untuk menangkap mereka hidup-hidup.

… Meskipun aku juga berpikir begitu, tidakkah ini hasil yang buruk untuk 26 orang? Walaupun satu diantara mereka hanyalah anak kecil bukan petarung.

Hadiah mereka? Aku memutuskan untuk menunggu beberapa hari karena mereka belum membunuh di dalam goa, tak ada gunanya terburu-buru kan?

Ngomong-ngomong, bos bandit bermain dengan gadis bertelinga anjing itu setiap hari.. hal itu satu-satunya bagian yang tidak aku anggap damai.

Meskipun dia adalah seorang budak atau apapun itu, sebagai warga jepang, aku tidak serta-merta dapat menyesuaikan diri dan menerimanya.

Alih-alih para budak lainnya melayani gerombolan bandit, hanya salah satu dari mereka yang menjadi mainan. Apakah dapat dibilang keuntungan apabila, selain bos bandit, tidak ada orang lain yang mengganggunya?

Sepertinya evaluasi dari bawahannya kepada dirinya adalah sesuatu seperti [Bos adalah seorang lolicon]. Setelah mereka bertanya apakah dia akan membeli budak wanita dewasa lagi, dia berkata bahwa mereka akan mendapatkannya dengan cara merampok.
“….Tapi, dia sama sekali tidak merasa lelah melakukannya tiap hari..”
“Sekarang yang dia lakukan itu mulai mengganggu penglihatan.”
“Naluriku berkata dia adalah orang baik, tapi sepertinya aku hanya berkhayal~..”

Namun, Rokuko sepertinya memiliki banyak karakteristik manusia, dia cemberut melihat seorang gadis belia yang digunakan sebagai mainan.

“Oi.. Aku tidak suka mereka mengkontaminasi dungeon dengan cairan tubuh mereka… menjengkelkan sekali.”

“Ah, itu?… Meskipun tidak apa-apa bagiku untuk mengunakan ruangan master sebagai kamar mandi?”

“Ya, apa boleh buat jika Kehma atau Gobsuke melakukannya, tak masalah.. karena kurang lebih aku mendatangkanmu kesini sebagai monster.

“Aku juga dianggap sebagai monster? …Kalau dipikir-pikir, aku memang didatangkan ya.”

“Sepertinya kau hanya berputar-putar saja. Jangan bertingkah terlalu santai.. ditambah lagi, oi, tidak adakah cara untuk membuat mereka pergi?”

“Dengan nada seperti itu, sepertinya hobimu adalah kotoran. Akan tetapi hobi goblin dan kotoranmu itu sangatlah buruk.”

“Asal kau tahu saja aku tidak tertarik dengan kotoran!? Kehma juga salah paham mengenai masalah goblin itu tahu!?”

Ya, kemarin aku sedikit menggoda Rokuko.
Sepertinya… hari ini adalah hari berakhirnya kedamaian di dalam dungeon.
Tidak, ini adalah saatnya kedamaian untuk datang, mungkin.

“Ah, sesuatu yang luar biasa akan datang…”

Mendengar Rokuko menggumam pada dirinya sendiri, aku langsung mengeluarkan peta.

Peta area sekitar… Selama masih dalam jarak penglihatan dungeon, aku bisa melihat detil informasi dan fitur geografisnya. Di peta itu nampak titik-titik merah yang menggambarkan musuh sedang bergerak maju dalam baris-berbaris.

“Sekitar tiga puluh orang ya.. mereka akhirnya datang. Apakah mereka cepat? Ataukah lambat…?”

“Siapa yang datang? Orang-orang itu?”

“Ya, kemungkinan mereka adalah kelompok pemberantas. Dan melihat seberapa cepat mereka bergerak, mereka adalah kelompok yang terlatih. Para ksatria..kemungkinan menjadi akhir bagi para bandit. Meski tidak mungkin, tapi akan sangat lezat jika mereka bisa selamat.”

Dan sepertinya gerombolan bandit juga menyadarinya. Aku mengeluarkan monitor semi-transparan dari menu, dan memutuskan untuk melihat apa yang sedang dilakukan para bandit.

Monitor ini sangat berguna karena dapat digunakan selayaknya kamera pengawas yang dipasang di dalam dungeon.

Saat kulihat ke monitor, para bandit bawahan sedang panik melaporkan kejadian itu ke bosnya.

[Bos, berita buruk, para ksatria! Mereka datang kemari!]

[Apa!? Bagaimana kita bisa ketahuan, kita telah membunuh semua orang yang mengetahui keberadaan markas kita!?]

Bos bandit menjadi panik. Sepertinya dia tidak menduga bahwa ksatria akan dikirimkan untuk mengatasi mereka.

[Tidak, mereka hanyalah manusia tapi seperti kau bilang mereka adalah ksatria, lebih baik untuk tidak terbunuh… ada berapa banyak?]

[M-maaf, aku langsung kembali seketika aku melihat mereka menggunakan baju zirah. Paling sedikit, err, lebih dari 5 orang!]

[Cih, apa boleh buat… baik jumlah mereka lebih atau kurang dari yang kau sebutkan kita akan sergap mereka di dalam dungeon.]
[Begitu kah?]

[Jika jumlah mereka sedikit kita akan melancarkan serangan kejutan, jika jumlah mereka banyak kita akan mengepung dan mengurung mereka masuk dari luar. Tamat.]
[Ooh! Jadi begitu, sesuai ekspektasi bos! Baiklah, semuanya mendengar bos! Ayo kita sergap mereka!]
[[[ YEAH! ]]]

Sepertinya mereka terlihat bersemangat; apalagi saat berada didalam dungeon.

Hal ini sangat memudahkan. Untungnya seminggu terakhir ini aku telah mengajarkan kepada bos bandit itu bagaimana caranya bertarung dengan memanfaatkan lorong dan jalan keluar untuk melakukan penyergapan. Dan untungnya lagi bos bandit itu tidak cukup cerdas untuk meloloskan diri dari tempat ini.

“Lalu, bisa kah gerombolan bandit menang?”
“Semua bergantung pada kekuatan para ksatria itu.. jika kekuatan 30 orang itu sama dengan kekuatan para penjelajah yang datang beberapa waktu lalu, sudah pasti gerombolan bandit itu akan lenyap.

Aku juga melihat apa yang sedang dilakukan oleh para ksatria itu.
Aku memutuskan untuk melihat sampai mereka menyelesaikan pembantaian gerombolan bandit yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Karena kejadian ini terjadi juga karena hasil dari campur tanganku.

Dari gerombolan bandit yang ada, delapan orang berada di ruang depan, delapan orang lainnya sedang dalam perjalanan menuju ruangan inti. Sepertinya penyergapan akan dilakukan di dalam ruang inti dengan sembilan orang yang ada, termasuk bos bandit itu. Meskipun mereka telah menyalurkan kekuatan mereka, ruangan yang ada saat ini membatasi berapa banyak orang yang bisa melakukan penyergapan.

Ketika gerombolan bandit selesai melakukan persiapan, pasukan ksatria akhirnya sampai di pintu masuk goa.

[Berhenti. Henry-dono, apakah ini [Goa Sederhana] itu?]
[Ya benar. Besar kemungkinan, tempat ini adalah tempat persembunyian gerombolan bandit.. Beck, aku serahkan kepadamu.]
[Baiklah. Terimakasih atas kerjasamanya.. Kehidupan, bawa ketukan dalam gelombang ku-[Pencarian Kehidupan].]

Seorang ksatria dengan baju zirah lengkap menggunakan skill miliknya. Setelah beberapa saat, sebuah gelombang transparan menyebar di sekitar tubuh ksatria yang menggunakan skill itu… Melihat dari namanya, sepertinya skill itu digunakan untuk mencari makhluk hidup yang ada di sekitar. Aku berpikir apakah skill itu menggunakan basis lokasi gema?
Paling tidak dengan ini, penyergapan gerombolan bandit itu telah kehilangan fungsinya.

[Hmm… dari yang aku dengar, paling tidak ada delapan orang berada di depan. Mereka bersiaga untuk melakukan penyergapan.]

Seperti yang dia katakan, memang ada delapan orang bandit menunggu di ruangan pertama.
…Mungkinkah pendengarannya tidak bisa mencapai melalui pintu kayu? Atau mungkin hanya karena jarak efektif skill itu?

[Demikian informasi yang ada.]

[Baiklah, saatnya kita jalankan operasi pemberantasan bandit. Meskipun sepertinya mereka tidak memiliki tahanan.. untuk berjaga-jaga, kita akan menggunakan obat tidur.]

[Siap! Mengerti!]
[Lima orang tetap tinggal dan berjaga-jaga akan serangan dari luar. Sisanya, lakukan pengepungan di pintu masuk. Bunuh semua bandit yang kabur.]
[Siapi Laksanakan.]

Sekelompok pasukan ksatria mengambil posisi, mengepung pintu keluar goa. Mereka mulai membakar dupa di depan pintu masuk.

…Jadi begitu rupanya? Memang, tidak ada gunanya untuk masuk secara sengaja ke dalam penyergapan.

Setelah dupa terbakar selama beberapa saat, tiba saatnya gerombolan bandit itu untuk bergerak.

Ketika mereka mencium aroma dupa, mereka tidak bisa menahan kantuk dan mulai jatuh kehilangan kesadaran.

[Gu, bau ini… mereka menggunakan obat tidur! L-lari, kembali ke ruang belakang!]

[Tidak, kita harus segera menyerang sebelum kita tidak bisa bergerak! Jumlah mereka pasti hanya sedikit jika mereka menggunakan trik seperti ini. Ayo!]

[Jika kita menutup pintu, asap nya.. ugu-.. a-apa yang harus kita lakukan…]

[Hmph, pengecut, kalian tidur saja dengan nyenyak. Aku akan membunuh mereka semua!]

Satu dari anggota baru yang sebelumnya telah berhasil menghabisi para penjelajah di dalam goa, kini menjadi anggota tingkat atas, dia bersama dengan lima budak nekat lainnya pergi menuju keluar goa.

Satu-satunya bandit tersisa, yang tidak jatuh karena rasa kantuk, adalah orang yang menyarankan untuk mundur… dia berusaha berjongkok dan memukul perutnya.

Sedangkan enam orang lainnya yang pergi keluar, kekuatan mereka menurun karena rasa kantuk yang kuat. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa melawan sabetan pedang dari para ksatria yang telah mengepung pintu masuk. Dengan sudah payah mereka mengayunkan pedang tumpul mereka, meskipun dapat dengan mudah para ksatria itu untuk menangkis serangan mereka.

Mendengar jeritan rekan banditnya di luar, dia menggumam [Ahh, keputusanku benar…] Dia pun tertidur bersama dengan delapan orang lainnya, terjatuh.

Dari awal, kesalahan yang dia buat sebenarnya adalah keputusannya untuk bergabung dengan gerombolan bandit ini, meski sepertinya dia tidak menyadarinya.

Walaupun aroma dupa telah menipis mereka tidak dapat memastikan kapan saatnya aroma itu tidak akan membuat mereka tertidur, akhirnya para ksatria itu menggunakan [Pencarian Kehidupan] lagi.

[[Pencarian Kehidupan]… Hmm, saat ini ada dua orang tersisa.]
[Baiklah… jalan masuknya sempit. Kita akan masuk dalam barisan dua orang. Hati-hati.]

Pasukan itu memasuki dungeon satu per satu… Namun, keputusan mereka sebelumnya untuk mengambil posisi di luar goa berarti mereka sudah mengetahui di dalam gua ini adalah sebuah dungeon.

Yap, memutuskan untuk memperluas tempat ini adalah keputusan tepat. Jika tidak begitu, DP dari enam orang yang terbunuh itu akan terbuang sia-sia.

[…Baiklah, dua bandit tersisa. Pastikan untuk membunuh mereka.]

[Tidak apa-apa kah?]

[Saat ini kita sudah tidak bisa menarik keputusan yang kita buat. Selain itu, sudah menjadi tugas kita untuk meratakan dengan tanah tempat persembunyian bandit ini. Jika kita menghancurkan kepalanya, tidak akan bermasalah jika kita menyerahkan sisanya kepada para penjelajah… Lihat, kita masih jauh dari ujung goa. Kemungkinan di dalam sana masih ada bandit yang lebih cakap dibandingkan para bawahan yang mereka posisikan di pintu masuk goa… Meskipun akan lebih bagus jika di awal tadi kita telah mengalahkan bos bandit.]

[Pastinya]

Ketika mereka memenggal kepala dua bandit yang tertidur itu, DP pun masuk.
Aku merasakan tarikan pada bajuku, dan aku melihat ke arah Rokuko. Di wajahnya tampak ekspresi yang tak biasa.

“Apakah tidak masalah jika kita tidak mengambil jasad dari mayat-mayat itu? Sayang sekali.”

“…Kau benar benar tidak boleh meresap mayat-mayat itu tahu? Jika kau melakukannya, kita tidak akan bisa memperdaya mereka lagi.”

“Memperdayai mereka?”

“… Jika mereka tahu bahwa dungeon ini memakan manusia, atau dungeon muda ini mengumpulkan energi, mereka akan menganggap bahwa dungeon ini berbahaya dan memutuskan untuk menghancurkan intinya. Meskipun begitu kurang lebih aku memiliki jaminan untuk itu…”

“Uu, aku akan mati jika mereka menghancurkan intinya.. Jaminan? Jaminan apa?”

“… Hei, ingat ruangan goblin yang aku buat beberapa waktu lalu?”

“Ooh, area yang kau buat tak jauh dari sini! Tempat itu adalah [Goa Sederhana] tiruan itu kan?”

“Benar. Karena dunia ini tidak memiliki peta yang sangat akurat, kita mungkin bisa mengelabui mereka meski posisi goa sedikit bergeser… mungkin, yah, bisa jadi mereka akan menerimanya dan salah mengira bahwa goa ini adalah goa biasa. Tapi kemungkinannya cukup kecil sih…”

“Un un, aku mengerti… Hah? Bagaimana dengan inti dungeonnya?”

Faktanya, dengan meletakkan inti tiruan, aku memerlukan fungsi tukar.. Tidak ada pilihan lain, meskipun sebenarnya aku ingin menyimpan fungsi yang secara instan dapat menukar tempat dengan inti dungeon ini untuk keadaan darurat (fungsi ini dapat digunakan meskipun penyusup ada di dalam ruang inti). Karena fungsi ini membutuhkan 5000 DP, kita tidak bisa menggunakannya sampai kemarin. Namun demikian, alat untuk menggunakan fungsi ini tidak dapat dipasang apabila penyusup berada di dalam bagian penting dungeon.

“…Begitulah, karena kita telah memisahkan area yang ada dengan pintu, ketika saatnya tiba kita akan membuat ruang inti menjadi ruangan jebakan yang tak tertembus.”

Dengan membagi area yang ada seperti itu, kita dapat memasang jebakan walaupun penyusup ada di area lainnya.
…Tentunya, bila di dalam satu ruangan itu tidak ada penyusup. Syarat itu tetap bisa berjalan.

“Akan tetapi sekarang bos bandit itu sedang menunggu di dalam ruang inti.”

Tentu saja, gerombolan bandit itu sama saja dengan penyusup.

“Benar.. dengan kata lain, saat ini kita ingin mereka untuk tidak menghiraukan kita dan menunjukkan pada mereka bahwa kita hanyalah dungeon tak berbahaya.”

“Aku mengerti, jadi itulah kenapa aku tidak boleh mengambil mayat-mayat itu. Kalau begitu, bagaimana mereka mengabaikan kita?”

“…U-untuk saat ini lihat dan tunggu saja.”

Sebenarnya, tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini.
Dia kemudian berpaling kembali ke arah pasukan ksatria itu.

[Apakah ruang harta disini? Sebuah tempat tidur.. u-]

[… Tempat ini baunya berbeda. Apakah ada perempuan juga diantara mereka? Tapi mereka tidak menggunakan [Pembersihan].. Baunya menyengat sekali, bahkan jika mereka menggunakannya pun tidak akan cukup untuk menghilangkannya.]

Saat ini, para ksatria itu memeriksa kamar tidur bos bandit.

Kamar ini adalah tempat dimana dia memainkan gadis bertelinga  anjing itu. Ngomong-ngomong, gadis itu sedang bersembunyi di bawah tempat tidur. Tatapannya tetap kosong seperti ikan mati dan dia bahkan tidak bergerak sedikitpun.

Tanpa menemukan gadis itu, para ksatria berpindah ke ruang lainnya.

Meski ksatria itu kemungkinan dapat menemukannya jika mereka menggunakan [Pencarian Kehidupan], namun mereka tidak melakukannya. Apakah ada batasan penggunaannya? Mereka sepertinya tidak bisa menggunakannya untuk sekedar menyelidiki. Ksatria yang nampak sebagai kapten yang sebelumnya telah menggunakan [Pencarian Kehidupan] di luar goa tadi, saat ini sedang memberikan instruksi ke bawahannya yang berada di ruang masuk.

Kamar tidur bos bandit sebelumnya digunakan sebagai penjara.
Mereka melakukannya untuk menangkap orang-orang yang mereka serang, namun pada akhirnya tidak mereka gunakan. Dan diganti sebagai ruang harta.

[Tidak begitu bagus eh.]

[Apakah kita datang di saat yang kurang tepat? Jika saja kita datang kesini lebih awal mungkin saja masih ada barang berharga yang bisa kita gunakan untuk mengisi ulang persediaan kita.. sepertinya kita datang agak terlambat…]

[Oi, jaga ucapanmu. Tapi yah, bukankah sudah cukup dengan sake yang kita dapatkan ini?”

Meski begitu, para ksatria itu mengambil barang-barang berharga yang ada di ruangan sebelumnya. Walaupun tidak ada barang yang benar-benar bernilai tinggi. Roti yang ada pun sudah berjamur dan mereka buang..  Peralatan sihir yang dapat memancarkan sinar? Fungsinya sama saja seperti lentera… Hal ini karena bos bandit itu telah membawa semua barang berharga yang dapat digunakan dalam pertempuran ke dalam ruang inti.

Jadi, barang-barang yang tersisa hanyalah makanan basi dan jarahan tak berharga. Secara terpaksa, para ksatria itu pun memasukkan makanan yang ada kedalam boks mereka dan membawanya keluar.

Setelah makanan itu dibawa keluar, mereka melanjutkan pencarian mereka.
Seorang ksatria menempatkan tangannya ke pintu kayu, berusaha untuk membukanya. Sesaat itu juga sebilah pedang menusuk keluar dari arah pintu.

[Guah!?]

Ini bukan lah perangkap. Dibalik pintu itu ada seorang bandit yang menusukkan pedangnya ke arah ksatria yang mencoba untuk membuka pintu.

Kemudian, pintu itu pun hancur seketika dengan sabetan pedangnya.

[Uoaaaaah!]
[Gu-!? Ryan, menyingki-! Uooooh!]

Prajurit yang terluka mundur dan pertarungan pun berlangsung.

[Sialan, karena mereka mencoba menyergap kita di pintu masuk, aku menjadi lengah… Cahaya, sembuhkan lah  luka orang ini—[Penyembuhan]!]
[M-maaf, kapten… gu-u…!]

Dikelilingi oleh cahaya dari sihir, prajurit yang terluka intu sembuh dari luka yang dideritanya. Luka sabetan yang lebar itu menutup dan pendarahannya berhenti. Meski dia masih lelah dan lemah, keadaannya sudah tidak mengancam nyawanya.

….Jadi itu sihir pemulihan ya. Ini pertama kalinya aku melihatnya.
Ah, pertarungannya sudah selesai saat aku sedang mengagumi sihir itu.

[Maaf, Haggis juga terluka dalam pertarungan yang baru saja terjadi. Tolong sembuhkan dia.]

[Sial, ini terlalu melelahkan.. Bisa kah kau mengambil alih pimpinan bila nanti aku pingsan? Cahaya, sembuhkan luka orang ini—[Penyembuhan].]
[Tidak ada cara lain jadi apa boleh buat. Karena hanya kapten yang bisa menggunakan sihir pemulihan, aku tidak… Sungguh, akan sangat berguna bila ada lebih banyak gulungan pemulihan di pasaran…]

[Memang tidak ada cukup gulungan sihir pemulihan yang diproduksi, karena Gereja telah memonopoli penggunaannya…]

Hmm, mendengar itu merupakan berita bagus.. Ngomong-ngomong, sepertinya aku bisa menukarkan 100000 DP untuk mendapatkan gulungan penyembuhan. Menyebutnya langka… harganya sama dengan harga naga yang paling murah. Yep.

Meski begitu, jika mereka dapat sembuh dari luka yang mereka derita, sudah tidak ada kemungkinan lagi bagi para bandit untuk menang.

[Baiklah kalau begitu. Aku telah memeriksa Ryan beberapa saat lalu, berhati-hati lah akan serangan kejutan oke? … Walaupun [Goa Sederhana] ini dikabarkan hanyalah sebuah dungeon yang sangat pendek.]

[Kapten. Ada beliung di sana. Sepertinya bandit itu berniat menggali ruangan lagi.]

[Hah? Dinding dungeon akan kembali seperti semula meski mereka menggalinya. Mengapa mereka melakukan hal seperti itu?]

[Aku tak tahu, tapi… ada banyak bekas galian dalam mereka didinding.]

Begitukah? Aku melihat ke arah Rokuko.

“Biasanya, lubang yang terbuka akan tertutup kan. Bukan kah manusia juga begitu?”

“Seperti luka gores yang sembuh dengan sendirinya hah.”

“Kira-kira seperti itu. Walaupun rasanya tidak sakit.”

[Hmm..? Apa maksudnya ini? Meskipun sudah jelas sangat tidak wajar gerombolan bandit untuk bermarkas di dalam dungeon, mungkin hal ini berkaitan dengan itu?]

[Tidak mungkin, gerombolan bandit itu bos dungeon ini?]

[Hahaha, aku tidak pernah mendengar cerita manusia yang menjadi bos dungeon. Mungkin bandit-bandit itu sebenarnya jelmaan naga?]

[Ruangan-ruangan disini terlalu kecil untuk dapat  menampung naga.]

Para ksatria itu dengan hati-hati melanjutkan pencarian mereka di dalam dungeon sambil bercanda satu sama lain.

Sedangkan para bandit yang tersisa, sembilan orang menunggu di dalam ruang inti.

Meskipun mereka tidak memiliki pilihan lain selain menghabiskan waktu mereka untuk memeriksa tiap delapan ruangan yang ada di dalam dungeon, pada akhirnya para ksatria itu tiba di depan ruang inti… Namun, mereka tidak mengetahui bagaimana cara untuk membuka pintu menuju ruang inti.

Aku berpaling melihat ke gerombolan bandit itu.
Seorang bawahan yang menempelkan telinganya pada pintu untuk melaporkan yang dia dengar pada bos bandit.

[… Sepertinya mereka telah tiba.]

[Baik lah. Persiapkan busur kalian dengan tenang.. Panah mereka semua sampai mati begitu mereka membuka pintu]

[Kami mengerti, Bos.]

[Fuu. Mereka pasti sudah kelelahan saat tiba disini. Jika memang begitu, kita akan mengakhiri ini semua dan langsung menekan mereka.]

Kenyataannya mereka sudah pulih semua. Aku berpikir apa yang akan mereka lakukan bila aku mengatakan pada mereka bahwa para ksatria itu tidak memiliki kemungkinan untuk kalah.

….Kemungkinan aku akan mati karena inti dungeon dihancurkan karena kegusaran mereka.

…Kriiieeek, pintu kayu menuju ruang inti pun terbuka perlahan.

Pada saat itu terjadi, bos bandit memberikan sinyal untuk melesatkan busur mereka. Panah-panah pun dilesatkan ke arah pintu masuk.

Dengan benturan keras, terdengar suara panah-panah menghantam baju zirah. Meski begitu, hanya salah satu dari mereka. Salah satu dari mereka sangat beruntung—dan merupakan skenario terburuk bagi para ksatria—sebuah panah menusuk lolos ke area terbuka penglihatan milik helm ksatria, menembus ke dalam otaknya.

Dari ujung penglihatanku aku dapat melihat nilai DP ku naik. Sepertinya dia mati dalam satu serangan.

[Ryui! Sialan, tidak bagus! Dia tidak selamat!]
[Cih..! Hanya satu orang!]
[Bos!]
[Kalian! Serang sendi-sendi mereka!  Zirah kita akan membelok-]

Si bos pun menebasnya.

[Ugh-sialan kau, dasar Muntahan Melon!!]
[Jangan panggil aku seperti itu!]
[Uwaaah!]

Dengan penuh amarah, bos bandit mengayunkan pedangnya Kekuatannya menebas tubuh ksatria itu, dan membuatnya tersentak. Dia menusukkan pedangnya ke area tubuh ksatria yang tidak terlindungi zirah—Dengan dahsyat dia merobek bagian dalam ksatria itu. Aku melihat DP ku meningkat lagi, sepertinya dia juga mati.

Aku tidak ingin melihat apa yang ada di dalamnya..
Lagian, panggilan macam apa Muntahan Melon itu?

[Ap-, tidak sopan memuntahkan melon saat makan bersama Hime-sama!]

[Beraninya kau melakukan itu ke Ryui dan Eijin, dasar kau Muntahan Sialan!]

[Melon itu sudah busuk! Itu bukan salahku! Mengapa kau harus mengambil hadiah uangkuuuuuuu!]

[Selain memuntahkan melon, kau juga membunuh kokinya setelah salah menuduhnya telah memberimu melon busuk! Tepat di hadapan Hime-sama!]

[Diam! Dia hanya cemburu Hime-sama jatuh cinta kepadaku! Aku sudah jadi Kaisar saat ini jika bukan karena dia!]

Ah, terima kasih sudah menjelaskan mengenai Muntahan Melon. Aku benar-benar telah mengetahui lebih dari yang aku kira.

Setelah itu, Muntahan Melon bertarung melebihi dugaan karena dia mengamuk.
Selain membunuh satu orang dengan pedangnya, dia juga membuat banyak luka pada ksatria .
Tapi hanya itu yang bisa dia lakukan.

Dengan bantuan para ksatria lainnya yang saling membantu satu sama lain, mereka akhirnya berhasil membuatnya kelelahan. Para ksatria berhasil mengepungnya, dan menutup pergerakannya.
Saat itu juga, sebelum dia menyadarinya, sebilah pedang menusuk ke perutnya.

[Sialan.. setelah semua itu.. meskipun..]

Jatuh di kedua lututnya. Muntahan Melon pun dikalahkan.
Dengan menjambak rambutnya, seorang ksatria memaksa mengangkat wajahnya.

[Oi, dimana rekanmu yang lain? Muntahan Melon.]
[Cih.. Semua orang ada disini karena dia, sialan.. mengapa… meskipun aku telah melakukan apa yang diperintahkan…]

Meskipun kalimat terakhirnya sedikit lemah, namun ksatria itu dapat mendengarnya.
Dengan begitu, semua bandit telah menjadi DP.

[Apakah ada dalang dibalik semua ini?… Meskipun ada bukti keberadaan perempuan disini, sepertinya mereka sudah melarikan diri.]

[Meskipun dia bilang semua orang.. Aku tidak mengerti. Tunggu, sepertinya ruangan ini adalah inti dungeon.]

[Heeeh, disini.. itu adalah inti dungeon eh? Ini pertama kalinya aku melihatnya.]

[Seperti yang kudengar, tempat ini adalah dungeon kecil. Tangga pun tidak ada.]

Salah satu dari ksatria itu menghunuskan pedangnya ke arah inti dungeon.

[Baiklah kalau begitu, harus kah aku menghancurkan intinya?]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar